Syamsul Maarif, figur yang sering kita lihat di garis depan penanggulangan bencana, baru-baru ini menyuarakan pendapatnya tentang peran media dalam penyebaran informasi terkait bencana. Menurutnya, meski media punya andil besar dalam menyampaikan info ke masyarakat luas, ada beberapa aspek yang perlu diperbaiki biar informasi yang sampai itu bener-bener akurat, tepat sasaran, dan yang paling penting, bermanfaat buat mereka yang terkena dampak bencana.
Kritik Syamsul Maarif Terhadap Pemberitaan Bencana
Potensi Disinformasi dan Kepanikan
Nggak bisa dipungkiri, media kadang suka kebablasan dalam memberitakan bencana. Sensasionalisme itu kayak pisau bermata dua, bisa menarik perhatian, tapi juga berpotensi nyebarin disinformasi dan bikin panik masyarakat. Bayangin aja, kalau informasi yang nggak akurat atau dibesar-besarkan beredar, upaya penanggulangan bencana bisa kacau balau dan situasi di lapangan malah jadi makin runyam. Serem, kan?
Kurangnya Konteks dan Edukasi
Seringkali, pemberitaan bencana cuma fokus pada dampak langsungnya aja, kayak jumlah korban atau kerusakan fisik. Padahal, menurut Syamsul Maarif, penting banget buat ngasih konteks yang lebih luas. Misalnya, informasi tentang apa sih penyebab bencana itu, upaya mitigasi yang udah dilakuin, atau langkah-langkah sederhana yang bisa dilakuin masyarakat buat ngurangin risiko. Jangan cuma ngasih tau ada banjir, tapi juga kenapa bisa banjir dan gimana caranya biar nggak kebanjiran lagi. Setuju banget!
Peran Media dalam Membangun Ketahanan Masyarakat
Media itu nggak cuma corong buat ngelaporin kejadian. Lebih dari itu, media punya peran krusial dalam membangun ketahanan masyarakat terhadap bencana. Caranya? Ya, dengan nyebarin informasi yang edukatif, promosiin praktik-praktik pengurangan risiko bencana, dan yang nggak kalah penting, ngasih platform buat suara-suara dari komunitas yang terkena dampak. Mereka yang paling tau apa yang mereka butuhin, dan media harus jadi jembatan buat nyampein itu ke pihak-pihak terkait.
Rekomendasi untuk Media
Verifikasi Informasi dan Sumber
Ini nih, yang paling penting: akurasi informasi. Dalam pemberitaan bencana, nggak boleh ada yang namanya “katanya” atau “denger-denger”. Media kudu verifikasi informasi secara cermat dan pastiin sumber-sumber yang dipake itu bener-bener bisa dipercaya. Jangan sampe gara-gara ngejar breaking news, jadi nyebarin berita yang hoax. Repot nanti urusannya.
Fokus pada Solusi dan Upaya Pemulihan
Nggak cuma ngelaporin dampak bencana, media juga perlu fokus pada solusi dan upaya pemulihan. Ini penting banget buat ngasih harapan dan motivasi bagi masyarakat yang terkena dampak. Bayangin aja, lagi susah terus yang ditampilin cuma berita sedih melulu, kan makin down. Dengan nampilin upaya pemulihan, masyarakat jadi lebih termotivasi buat bangkit dan berpartisipasi aktif dalam prosesnya.
Pelatihan Jurnalisme Bencana
Buat ningkatin kualitas pemberitaan bencana, perlu banget ada pelatihan khusus buat para jurnalis. Pelatihan ini bisa mencakup pemahaman tentang mitigasi bencana, penanganan trauma, dan etika peliputan bencana. Jadi, jurnalis nggak cuma pinter nulis berita, tapi juga paham betul gimana caranya ngeliput bencana dengan cara yang bertanggung jawab dan nggak memperburuk keadaan.
Intinya sih, media punya peran yang sangat penting dalam penanggulangan bencana. Tapi, peran itu harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab dan profesionalisme. Jangan cuma ngejar sensasi, tapi lupa sama dampaknya buat masyarakat. Kita semua berharap, media bisa jadi garda terdepan dalam memberikan informasi yang akurat, edukatif, dan membangun ketahanan masyarakat terhadap bencana. Gimana menurutmu? Setuju nggak?