Sebuah karya ilmiah haruslah direncanakan dan disusun dengan cara yang sistematis dan terukur. Untuk itu, perlu ditetapkan terlebih dahulu hal yang paling penting yang hendak diuraikan. Hal yang paling penting itu disebut sebagai topik. Topik tidak sama dengan judul namun banyak orang mengartikannya sama. Topik, seperti telah dikemukakan di atas, haruslah yang pertama ditentukan oleh penulis, sedangkan judul paling akhir karena judul hanyalah kepala karangan. Dalam memilih perlu dipertimbangkan beberapa hal, yaitu:
1. Harus menarik perhatian penulis
2. Diketahui dan dikuasai oleh penulis
3. Harus sempit dan terbatas, dan
4. Untuk penulis pemula hindari topik yang kontroversial dan baru.
Mengapa demikian? Sebab, bagaimana mungkin mengerjakan sesuatu tulisan yang kita sendiri tidak tertarik. Bagaimana pula dapat memberikan uraian yang berbobot apabila bidang atau pengetahuan yang disyaratkan oleh topik yang dipilih tidak kita kuasai. Misalnya, seorang yang tidak mengetahui atau tidak menguasai ilmu sastra bagaimana mungkin menulis makalah yang berisi tinjauan ilmiah karya-karya Mochtar Lubis yang demikian kompleks dengan bobot yang tinggi. Selain itu, sebuah tulisan ilmiah haruslah fokus pada satu masalah dan selesai dibicarakan dalam format tertentu, misalnya untuk jurnal. Jika terlalu luas, maka tulisan itu tidak akan selesai atau melebar ke mana-mana. Demikian pula topik untuk tujuan penulisan skripsi, tesis atau disertasi.
Semuanya harus disesuaikan dengan yang disyaratkan oleh jenis-jenis karya ilmiah tersebut. Untuk seorang penulis pemula, membicarakan sebuah topik yang kontrovesial dan baru akan menyulitkan yang bersangkutan dalam mencari rujukan penunjang. Apabila si penulis ingin melakukan penelitian lapangan mengenai masalah itu, yang bersangkutan akan sulit mempertanggungjawabkan tulisannya. Selain, topik yang terlalu teknis bagi pemula akan menyulitkannya juga karena seorang penulis pemula tidak menguasai istilah-istilah teknis bidang yang digarapnya.
Tujuan Apabila sebuah topik telah selesai dirumuskan, akan diapakan topik itu? Untuk itu, langkah selanjutnya adalah menentukan tujuan. Tujuan adalah sasaran yang hendak dicapai penulis berdasarkan topik sehingga tujuan itu mempersempit atau membatasi topik.
Tesis dan Kerangka Karangan, Tesis dalam penulisan karangan ilmiah merupakan langkah awal penulisan. Tesis dibentuk
berdasarkan topik dan tujuan. Perlu diketahui dahulu topik dan tujuan barulah dirumuskan tesis karangan. Topik adalah pokok masalah yang akan dibahas dalam karangan ilmiah. Tanpa mengetahui pokok masalah yang akan dibicarakan penulis tidak dapat menetukan permasalah serta sasaran apa yang akan dicapai dalam penulisan. Supaya topik itu dapat ditetapkan dengan jelas dan menarik, penulis menentukan topik berdasarkan penguasaan permasalahan. Setelah topik ditetapkan, penulis menentukan tujuan dari topik yang telah ditetapkan.
Tujuan dari topik itu adalah sasaran yang akan dicapai penulis berdasarkan topiknya. Tujuan semacam pembatasan topik agar tidak menyimpang dari permasalahan. Pada dasarnya, tujuan mempersempit permasalahan yang akan dibicarakan dalam karangan. Oleh karena itu, tujuan harus lebih terbatas atau lebih sempit dari topiknya. Setelah topik dan tujuan ditetapkan dengan jelas, penulis merumuskan topik dan tujuan itu ke dalam tesis. Degan demikian, tesis adalah perumusan topik dan tujuan dalam bentuk kalimat dengan menonjolkan topiknya sebagai pokok bahasan.
Tesis lebih menonjolkan topik daripada tujuan dengan maksud penulis karangan ilmiah melakukan analisis, intrpretasi, dan sintesis. Dalam proses penulilasan karangan ilmiah, tesis merupakan “payung” bagi tahapan penulisan ilmiah. Misalnya, dalam menyusun kerangka karangan penulis berpedoman pada tesis. Jadi, tesis semacam rambu-rambu pedoman dalam penulisan. Namun, penentuan sebuah tesis juga dapat dilakukan berdasarkan karangan yang sudah jadi (publikasi ilmiah). Dengan demikian, tesis mampu meramalkan, mengendalikan dan mengarahkan penulis pada proses lanjut penulisan, yaitu penyusunan kerangka karangan (outline).
Tahapan penyusunan kerangka karangan itu perlu dimanfaatkan oleh penulis karena kerangka mempunyai beberapa fungsi penting dalam proses penulisan di antaranya;
1. Tidak mengolah ide sampai dua kali sehingga penulisan tidak keluar dari pokok masalahnya.
2. Menciptakan klimaks yang berbeda setiap bab sehingga ada variasi dalam penyajian materi karangan.
3. Mengingatkan penulis pada bahan atau materi sebagai sumber rujukan dan bahan.
4. Membaca ulang karangan yang sudah selesai dapat menciptakan kembali reproduksi yang sama dari pembaca.
5. Dapat dilihat dengan jelas wujud, ide, nilai umum dan spesifikasi karangan dan (6)
6. Berarti setingan karangan sudah selesai dilakukan atau merupakan tahapan akhir dari pra penulisan.
Setelah mengetahui fungsi kerangka karangan bagi penulis, penulis perlu memperhatikan hal hal berikut.
a. Perumusan tesis dan pengungkapan maksud dengan jelas dan benar.
b. Penginventarisan topik ke dalam sub-subtopik secara maksimal.
c. Pengevaluasian semua topik yang telah dirinci ke dalam tahapan:
1. Semua bab topik relevan dengan tesisi
2. Jangan ada topik yang sama, dan
3. Semua topik dan subtopik sudah disusun secara paralel
4. Tahapan (3a) dan (3b) dilakukan secara berulang untuk mendapatkan subtopik yang terinci secara maksimal
5. Penetapan pola susun ragangan yang tepat: pola alamaiah atau pola logis
6. Sadarilah ragangan tidak sekali buat
7. Ragangan ini sebagai pedoman penyusunan daftar isi karangan.
Melalui tahapan penulisan kerangka karangan, penulis perlu memerhatikan persyaratan penyusunan kerangka karangan berikut.
a. Tesis sudah jelas dan benar
b. Data primer dan data sekunder sudah terkumpul, dibaca, dan dikutip dalam catatan
c. Tiap unit dalam kerangka karangan mempunyai satu gagasan
d. Pokok-pokok kerangka karangan disusun secra logis, di antaranya:
1. Unit pokok terinci secara maksimal
2. Tiap rincian ada kaitannya dengan unit atasan langsung
3. Urutan rincian baik dan teratur
Pilihlah pola kerangka karangan yang diterapkan:
a. pola alamiah spasial
b. pola alamiah kronologis
c. pola alamaiah topik yang ada
d. Pola logis yang digunakan
f. Pasangan simbol disusun secara taat asas dengan menggunakan sistem (a) system lekuk, (b) sistem lurus dan (c) sistem gabungan.