Fungsi kelompok bagi individu :
1. Kelompok itu memberikan wadah sosial dan ruang hidup psikologis kepada individu sehingga memunculkan “sense of belonging” (merasa menjadi dari satu kelompok) untuk berprestasi dan bekerjasama dengan orang lain.
2. Menjadi kader referensi untuk mengaitkan diri, sehingga muncul loyalitas, kesetia kawanan dan esprit de corps.
3. Memberikan rasa aman atau sekuritas sehingga orang merasa betah dan kerasan di dalamnya, juga untuk bergantian bisa memimpin dan dipimpin pada saat-saatnya yang tepat.
4. Memberikan ideal-ideal, cita-cita, tujuan-tujuan (hidup) tertentu dan asas-asas perjuangan bagi hidupnya.
5. Memberikan status sosial kepada individu, sehingga dia merasa, diakui, diterima merasa mendapat posisi sosial dan penghargaan dari lingkunganya.
6. Kelompok dijadikan “alat” atau wahana untuk mecapai cita-cita hidupnya dan untuk membangun bersama-sama.
7. Di dalam kelompok, individu merasa menjadi satu bagian dari Getalt kelompok. Biasanya individu menjadi bagian dari bermacam-macam kelompok sosial (keluarga masyarkat desa atau kota, himpunan mahasiswa, kumpulan gereja, klub dan lain-lain).
Fungsi Pemimpin dalam Kelompok oleh kekuatan saling mempengaruhi di antara semua anggota kelompok dan pemimpinnya, maka timbullah dinamika kelompok dalam wujud bermacam-macam usaha dan tingkah laku, maka dalam kekompleksan tingkah laku ini jelas diperlukan Pemimpin dan Kepemimpinan Tugas seorang pemimpin dalam kelompok ialah :
1. Memelihara struktur kelompok, menjamin interaksi yang lancar, dan memudahkan pelaksanaan tugas-tugas.
2. Mensinkronkan ideologi, ide, pikiran dan ambisi anggota-anggota kelompok dengan pola keinginan pemimpin.
3. Memberikan rasa aman dan status yang jelas kepada setiap anggota, sehingga mereka bersedia memberikan partisipasi penuh.
4. Memanfaatkan dan mengoptimasikan kemampuan, bakat dan produktivitas semua anggota kelompok untuk berkarya dan berprestasi.
5. Menegakan peraturan, larangan, disiplin dan norma-norm kelompok agar tercapai kepaduan atau kohesi venes kelompok meminimalisir konflik dan perbedaan-perbedaan.
6. Merumuskan nilai-nilai kelompok, dan memilih tujuan-tujuan kelompok, sambil menentukan sarana dan cara-cara oprasional guna mencapainya.
7. Mampu memenuhi harapan, keinginan dan kebutuhan-kebutuhan para anggota, sehingga mereka merasa puas. Juga membantu adaptasi mereka terhadap tuntutan-tuntutan eksternal ditengah masyarakat dan memecahkan kesulitan-kesulitan hidup anggota kelompok setiap harinya.
Kelompok disebut sebagai : kesatuan psikologis atau kesatuan mental karena yang diutamakan bukannya kehadiran individu secara badaniah akan tetapi interaksi mereka secara jiwani, proses saling mempengaruhi dan kondisi saling ketergantungannya secara psikis atau mental. Disebut pula sebagai kesatuan nasabah atau kesatuan relasi, karena orang lebih menekankan nasabah, nasabah atau relasi dari semua anggotanya : sehingga kelompok berwujud satu totalitas atau Gestalt. Kelompok disebut juga sebagai kesatuan orde, karena menekankan masalah orde (aturan, tatanan, ketertiban) di dalam kaitan relasional para anggotanya dalam mana Gestalt dari kelompok itu lebih daripada penjumlahan bagian-bagian dari anggota-anggotanya.
Organisasi Formal dan Informal Kelompok-kelompok tadi dapat merupakan organisasi formal namun juga dapat berwujud organisasi informal. Organisasi formal adalah organisasi yang ada di atas kertas, dengan relasi relasi logis berdasarkan peraturan, konvensi dan kebijakan atau policy dari organisasi, dengan pembagian tugas pekerjaan dan hirarki kerja. Organisasi formal yang disebut pula sebagai kelompok sekunder, merupakan bentuk hirarki resmi, seperti telah ditentukan di atas kertas. Maka menjadi kewajiban para pemimpin ialah untuk Memahami bagaimana fungsi dan beroperasinya organisasi formal tersebut dalam kenyataan dan prakteknya. Organisasi formal dalam wujud perusahaan pabrik, jabatan, devisi ketentaraan dan lain-lain diatur menurut hirarki kekuasaan dalam bentuk piramid, dengan pempimpin, komandan, atau direktur utama duduk di puncak dan para pegawai, pekerja kasar dan bawahan di eselon dasar. Selanjutnya, manajer senior dan yunior, tenaga staf dan administrasi, para opseter dan supervisor menduduki posisi intermediate atau tingkatan menengah.
Ciri-ciri khas organisasi formal ialah :
1. Besifat impersonal dan zakelijk-obyektif.
2. Kedudukan setiap individu berdasarkan fungsi masing-masing di dalam satu sistem hirarki dengan tugas pekerjaan masing-masing.
3. Ada relasi formal berlandaskan alasan-alasan idiil dan konvensi yan g“zakelijk”, dan atau status resmi dalam organisasi.
4. Suasana kerja dan komunikasi berlandaskan pada kompetisi atau persaingan dan efisiensi. Pada organisasi formal orang melakukan usaha kooperaif mencapai tujuan atau sasaran bersama dibantu macam-macam sumber dan sarana. Berlansunglah satu kerja sama, disertai kegiatan memimpin dipimpin, ketertiban, pengaturan atau tegulasi, pembagian tugas pekerjaan dan tata kerja yang teratur. Maka usaha mengatur dan mengurus semua sumber materill dan sumber daya manusia itu disebut Manajemen. Agar manajemen dan pengorganisasian bisa berdaya-guna dan sukses dalam mencapai sasarannya, perlu diadministrasikan (dikelola secara makro) lewat kepemimpinan.
Ciri-ciri khas organisasi informal antara lain ialah :
1. Terintegrasi dengan baik.
2. Di luar kelompok primer atau informal ini terdapat kelompok yang lebih besar, yaitu kelompok formal atau sekunder, dalam mana kelompok primer menjadi bagian dari padanya.
3. Setiap anggota secara individual mengadakan interrelasi berupa jaringan perikatan yang pribadi atau personal disertai komunikasi akrab.
4. Terdapat atau banyak, setiap anggota mempunyai sikap yang pasti terhadap anggota- anggota lainnya, dan diminati afeksi serta emosi-emosi tertentu. Sehubungan dengan unsur afeksi dan emosi-emosi tadi, kelompok primer merupakan instrument penting bagi pembentukan : disiplin, moral dan kontrol sosial. Kontrol sosial dan moral merencanakan kode-kode dan norma tingkah laku yang dianggap paling tepat bagi kelompok primer tersebut. Sehingga kelompok primer ini memberikan “pengaruh membentuk” yang paling potensial bagi pembinaan dan pengaturan tingkah laku setiap anggota kelompoknya.
Sehubungan dengan uraian di atas, serta mengingat usaha mempengaruhi dan mengubah tingkah laku individu dalam kelompok, orang membedakan tiga aktivitas, yaitu:
1. Aktivitas murni teknik.
2. Aktivitas sosio-teknik.
3. Aktivitas murni sosial.
Aktivitas murni teknik yaitu aktivitas melakukan fungsi teknis tertentu. Misalnya kegiatan buruh tekstil memasang mesin, pipa-pipa, ban-ban dan peralatan lain, yang semuanya murni teknis sifatnya. Semua kegiatan itu sifatnya sosial, karena dilakukan secara bersama- sama dan menyangkutkan interaksi sosial sekaligus juga merupakan bagian dari satu tugas pekerjaan teknis. Aktivitas murni sosial ialah : aktivitas yang berlangsung atas dasar kepentingan pribadi yang selalu dikaitkan dengan pribadi lain. Jadi “aku-lain” orang lain, anak-istri, kawan sejawat, kepala, pemimpin dan lain lain dipakai sebagai kader referensi bagi setiap kegiatan. Keder referensi adalah bingkai atau kerangka untuk mengaitkan diri. Maka unsur-unsur penting dalam aktivitas sosial antara lain ialah : sikap, motivasi, keyakinan dan perasaan. Struktur dari kelompok-kelompok sosial itu tidak statis justru merupakan jaringan kekuatan yang sangat dinamis yang bisa diubah-ubah. Sebabnya antara lain:
a. Seorang atau beberapa orang anggota bisa meningkatkan kelompoknya dan digantikan oleh orang-orang lain.
b. Mungkin terjadi peristiwa-peristiwa tertentu yang menimpa kelompok atau para anggotanya, sehingga hal tersebut dapat mengubah struktur dan prestise kelompok.
c. Dengan terjadinya perubahan tugas, struktur kelompok akan iktu berubah. Lalu muncul mekanisme keja baru dan figur pemimpin yang baru, sesuai dengan kebutuhan situasi dan kondisi yang khusus.