Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri
individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Masyarakat modern dan konflik Masyarakat Modern adalah suatu struktur sosial atau lingkungan kehidupan publik tempat relasi antar manusia diatur atas dasar business, produksi, konsumsi dan komersialisasi (Eisenstadt, 1986). Pada masyarakat modern, perhatian lebih ditekankan pada sikap dan nilai-nilai individu serta kemampuan produktifitas sumber daya manusia (SDM). Dari sisi historis di awal abad ke 20, masyarakat modern di Indonesia yang terjajah pada hakikatnya terpisah dalam dua frame peradaban yang berbeda, yaitu pertama, masyarakat Belanda yang tumbuh menjadi modern sejalan dengan proses modernisasi yang terjadi di eropa. Kemudian kedua, masyarakat modern yang tumbuh dari kalangan pribumi yang terjadi secara terbatas setelah memperoleh kesempatan mengikuti pendidikan. Baru setelah era kemerdekaan, muncul dua frame peradaban baru, yaitu masyarakat modern hasil pendidikan masa pemerintahan kolonial dan masyarakat yang masih tradisional.
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Definisi Konflik dan Pendekatan Modern Pendekatan Modern adalah berkomunikasi menggunakan cara-cara yang mendukung rasa determinasi diri dan employee engagement demi produktivitas yang tinggi. Selain itu, karyawan juga mesti dilibatkan dalam pencarian ide dan diberikan fleksibilitas dalam memikirkan apa yang harus dilakukan bagi karyawan untuk memenuhi tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaannya. Contoh, Manajer tetap perlu mengarahkan tentang apa yang harus dikerjakan dan diraih oleh para karyawannya tapi bukan tentang bagaimana cara mengerjakannya secara kaku. Karyawan perlu berperan secara lebih partisipatif dalam tahap perencanaan dan lebih proaktif dalam tahap eksekusi yang mengimplementasi rencana kerja manajemen pada perusahaannya. Dengan begini, perusahaan bisa mendapatkan keunggulan lebih dari beragam perspektif yang disumbangkan oleh para karyawannya serta dapat mengeksplorasi nilai-nilai yang dianut oleh para karyawannya. Hubungan industrial akan terjalin secara lebih mendalamdengan mengakui nilai-nilai serta menciptakan suatu budaya yang menghargai inisiatif dan determinasi diri.
Manajemen perlu meminimalisir tekanan dan kendali yang mengekang karyawan secara ketat. Karyawan membutuhkan otonomi terhadap pekerjaannya sehingga bisa meningkatkan rasa kepemilikan yang pada akhirnya akan menaikkan tingkat produktivitas kerjanya. Selain
kebutuhan otonomi karyawan, perusahaan harus memperhatikan kebutuhan kompetensi dan keterkaitan karyawan dengan mengidentifikasi tantangan yang dihadapi karyawan dalam mencapai tujuannya dan membantu peningkatan kompetensi karyawan dengan pelatihan atau pendidikan. Perusahaan juga perlu mendukung kebutuhan akan keterkaitan dengan mendorong koneksi interpersonal yang positif antar karyawan. Perusahaan bersama jajaran manajernya bisa secara rutin menyiapkan kesempatan yang mendukung kebersamaan dan hubungan yang dekat di antara para karyawannya. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa saat karyawan merasa didukung.
Dasar filsofi dari konflik dan pendekatan pemimpin pada konflik Pendekatan yang dapat dilakukan dalam strategi pemecahan konflik organisasi adalah :
a. Pendekatan Tradisional atau tawar menawar (bargaining approach) Pendekatan ini dalam cara-cara yang dilakukan oleh bangsa Indonesia ialah dengan musyawarah seperti yang dikemukakan di atas. Model pendekatan ini sebenarnya untuk mengatasi konflik organisasi yang memperselisihkan mengenai tuntutan-tuntutan alokasi dana yang terbatas. Strategi yang dipakai untuk mengatasi konflik seperti ini ialah bargaining di sekitar usaha-usaha untuk menaikkan memusatnya dana-dana yang tersedia dan menekankan pada tuntutan-tuntutan dari beberapa unit yang saling bersaing untuk mendapat dana-dana tersebut.
b. Pendekatan pemimpin yang Behavioral atau netral Pendekatan ini digunakan untuk mengatasi konflik yang terjadi karena persoalan-persoalan hierarki baik vertikal, horizontal, maupun hubungan-hubungan otoritas dalam susunan hirarki organisasi. Konflik ini terjadi, karna pimpinan atau atasan akan melakukan kontrol terhadap bawahan dan bawahan tersebut menolak kontrolnya. Strategi untuk mengatasi konflik seperti ini Kepemimpinan dalam Manajemen, ialah mengganti aturan-aturan birokrasi yang impersonal dengan cara-cara kontrol yang personal.
c. Pendekatan pemimpin yang modern atau interaksional Kalau pendekatan bargaining menekankan pada masalah persaingan antara beberapa unit organisasi dan pendekatan birokrasi menekankan kepada kesulitannya melakukan kontrol, maka pendekatan sistem ini menekankan pada kesulitan dalam mengatasi persoalan-persoalan koordinasi. Pendekatan sistem ini secara utama untuk menyelesaikan hubungan yang bersisi horizontal antara beberapa fungsi dalam suatu organisasi.
Strategi yang di pakai untuk menyelesaikan konflik dari persoalan ini dapat dikemukakan atas dua strategi utama yaitu : Mengurangi perbedaan yang mencolok dari tujuan–tujuan yang ingin dicapai dengan cara menyempurnakan insentif atau dengan cara seleksi yang tepat, latihan jabatan, atau memperbaiki prosedur kerja, dan Mengurangi ketergantungan fungsional antara beberapa satuan organisasi, dengan cara mengurangi tekanan–tekanan dan bermusyawarah, atau dengan melonggarkan beberapa jadwal.
Teknik merangsang timbulnya konflik Metode Stimulasi Konflik Stimulasi konflik dalam satuan-satuan organisasi di mana pelaksanaan kegiatan lambat karena tingkat konflik terlalu rendah. konflik dapat menimbulkan dinamika dan pencapaian cara-cara yang lebih baik dalam pelaksanaan kegiatan kerja suatu kelompok. Situasi dimana konflik terlalu rendah akan menyebabkan karyawan takut berinisiatif dan menjadi pasif. Kejadian kejadian, perilaku dan informasi yang dapat mengarahkan orang-orang bekerja lebih baik diabaikan para anggota kelompok saling bertoleransi terhadap kelemahan dan kejelekan pelaksaanaan kerja. Manajer dari kelompok seperti ini perlu merangsang timbulnya persaingan konflik yang dapat mempunyai efek penggemblengan, Metoda stimulasi konflik meliputi :
a. Pemasukan atau penempatan orang luar kedalam kelompok
b. Penyusunan kembali organisasi
c. Penawaran bonus, pembayaran insentif dan penghargaan untuk mendorong persaingan
Alat-alat bagi manajemen konflik Memecahkan masalah melalui sikap kooperatif. Memecahkan Masalah melalui sikap kooperatif adalah sikap yang menunjukkan kerjasama, tidak melakukan penentangan terhadap suatu sikap individu maupun golongan tertentu. Bila dua kelompok atau dua individu memiliki tujuan yang berbeda karena masing-masing menganut sistem nilai yang berbeda, maka penyelesaian masalahnya ialah :
a. Duduk bersama, berunding dan bermusyawarah
b. Melihat masalah dengan kepala dingin dan mendiskusikannya
c. Melalui sikap kooperatif orang berusaha melepaskan perbedaan-perbedaan yang tidak prinsipil, untuk lebih banyak menemukan titik-titik persamaan.
d. Tidak selalu mau menang sendiri dan mengharuskan pihak lain mengalah. Bersedialah mengalah dengan itikad baik untuk memecahkan masalah. Mempersatukan tujuan Tujuan yang dipersatukan ini sama dengan tujuan yang harus dicapai oleh kelompok yang tengah berselisih.
Tujuan bersama itu harus bisa dicapai karena sifatnya imperative atau memaksa. Melalui jalan kooperatif dan disertai rasa solidaritas tinggi, orang harus bisa bekerjasama atas dasar saling percaya-mempercayai satu sama lain.
Menghindari konflik Cara paling wajar dan mudah yaitu menghindari suatu konflik, yang bertujuan untuk tidak melakukan, menentang, lalu mendesak semua kesebalan dan kekecewaan kedalam ketidaksabaran sehingga menjadi kompleks-kompleks terdesak, yang sering menjadi
sumber pengganggu bagi ketenangan batin sendiri. Dengan jalan pendesakan bertujuan menghindari kesusahan. Yang penting adalah menghindari orang yang tidak disenangi dan menghindari konflik terbuka.
Memperhalus konflik Memperhalus konflik itu berarti melicinkan jalan atau memperhalus penyelesaian konflik dengan jalan :
Mengecilkan perbedaan-perbedaan sikap dan ide dari perorangan dan kelompok yang tengah bertikai dan memperbesar titik singgung dari tujuan atau kepentingan bersama, yang harus dicapai dengan cara kooperatif.
Dengan memperhalus konflik dan melicinkan jalan penyelesaian orang berusaha dengan sengaja dan sadar menyingkirkan perbedaan untuk lebih menonjolkan persamaan serta kepentingan bersama, sehingga jalan damai dapat ditempuh untuk memecahkan masalah yang dipertengkarkan. Kompromi merupakan proses saling berjanji antara kedua belah pihak yang bersedia melepaskan sebagian dari tuntutannya. Dalam peristiwa kompromi boleh dikatakan tidak ada pihak yang menang dan yang kalah secara mutlak. Kedua belah pihak bersedia mengorbankan sedikit dari pendirian dan tuntutanya sehingga tercapai satu keputusan bersama, sekalipun keputusan itu tidak bisa disebut sebagai hasil yang optimal bagi kedua belah pihak. Keputusan hasil kompromi itu merupakan produk penalaran, saling mengalah, saling memberi dan menerima dimana kedua belah pihak saling terpuaskan.
Tindakan yang otoriter Dalam struktur organisasi formal dengan adanya relasi atasan bawahan, maka otoritas dan kewibawaan pemimpin yang berkedudukan paling tinggi merupakan suara pemutus bagi konflik antar individu dan antar kelompok. Kekuasaan formal merupakan bentuk arbitrage atau perwasitan dan sebagai alat penentu. Kepemimpinan otoriter dengan tindakan-tindakan yang tegas dan drastis itu disaat genting itu bisa menegakkan orde, bisa menjadi alat koordinasi yang efektif.
Mengubah struktur individual dan struktur organisasi cara lain untuk mengurangi konflik yaitu dengan cara mengubah struktur organisasi.
Memindahkan dan mempertukarkan anggota-anggota kelompok dan pemimpinnya, dengan semboyan “the right man in the right place”, membentuk badan koordinasi, memperkenalkan sistem konsultasi dan sistem apel, memperluas partisipasi aktif para anggota dan anak buah. Dengan menukar-nukar anggota dan pemimpin dapat tercapai iklim psikis baru, sehingga suasana kompetitif dan konfliktius bisa dikurangi menjadi seminim mungkin.