Kepemimpinan

Asas Kepemimpinan

Masyarakat modern sekarang ini sangat berkepentingan dengan kepemimpinan yang baik, yang mampu menuntut organisasi sesuai dengan asas-asas manajemen modern sekaligus bersedia memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan kepada bawahan dan masyarakat luas. Karena itu keberhasilan seorang pemimpin kecuali dapat dinilai dari produktivitas dan prestasi yang dicapainya, juga harus dinilai dari kebaikannya dan tidak boleh melakukan “exploitation de I’ homme par I’homme” (penghisap oleh manusia terhadap manusia) Sehubungan dengan luasnya kegiatan manusia modern pada zaman sekarang, dirasakan perlu ada pemimpin-pemimpin yang efektif dan baik pekertinya.

Berkaitan dengan masalah ini perlu bagi kita untuk memahami asas asas dan fungsi kepemimpinan, serta etika profesi pemimpin. Semua itu tercakup dalam teori kepemimpinan Manajemen Modern di dunia bisnis dan industri, juga kepemimpinan di birokrasi pemerintah serta kepemudaan pada zaman sekarang tidak bisa dipandang sebagai bentuk perjalanan yang murni hierarkis formal, manusia modern zaman hierarkis dan objektif formal. Sebab manusia modern zaman sekarang ini justru berkepentingan sekali dengan kepemimpinan yang baik, dengan ciri-ciri karakteristiknya yang formal, pribadi dan individual, yang jelas dapat dibedakan dari pemimpin yang buruk atau tidak efisien. Sebabnya pemimpin akan memproduksi hasil atau “produk” yang baik dan bermanfaat, atau justru menghasilkan “produk” buruk, dalam kaitannya dengan efisiensi organisasi atau lembaga juga selalu dihubungkan dengan kesejahteraan dan kebahagiaan manusia pada umumnya.

Kepemimpinan yang buruk dan tidak efisien di satu perusahaan misalnya, akan terjadi penurunan produksi buruh menjadi resah dan banyak yang keluar, absensiisme tinggi. Terjadi banyak pencurian milik perusahaan dan banyak terdapat konflik di kalangan pegawai.
Asas-asas kepemimpinan Menurut Kartono kepemimpinan yaitu :
1. Kemanusiaan, mengutamakan sifat-sifat kemanusiaan, yang pembimbingan manusia oleh manusia, untuk mengembangkan potensi dan kemampuan setiap individu, demi tujuan- tujuan humanis.
2. Efisien, efisiensi teknnis maupun sosial, berkaitan dengan terbatasnya sumber-sumber, materi dan jumlah manusia atas prinsip penghematan, adanya nilai-nilai ekonomis, serta asas-asas manajemen modern.
3. Kesejahteraan dan kebahagiaan yang lebih merata, menuju pada taraf kehidupan yang lebih tinggi.

FUNGSI KEPEMIMPINAN
Selanjutnya, agar legalitas kepemimpinan dapat diakui dan dilaksanakan dengan sempurna, maka kepemimpinan itu perlu dilengkapi dengan teknik kepemimpinan. Penguasaan teknik-teknik kepemimpinan ini akan mendorong setiap pemimpin dan anggota kelompok untuk melaksanakan segenap tugas dan kewajiban dengan kesadaran serta tanggung jawab. Pada bab sebelumnya telah dibahas tema kepemimpinan, yang meliputi (1). Teori kepemimpinan dan (2). Tipe kepemimpinan, yaitu dengan panjang lebar dikemukakan teori kepemimpinan, yang menjelaskan alat-alat fisik dan macam-macam kemampuan psikis untuk mewujudkan kepemimpinannya. Dimasukkan ke dalam kategori teknik kepemimpinan ini antara lain ialah :
1. Etika profesi pemimpin dan etiket.
2. Kebutuhan dan motivasi (manusia).
3. Dinamika kelompok.
4. Komunikasi.
5. Kemampuan pengambilan keputusan.
6. Keterampiln berdiskusi dan “permainan” lainnya.

Etika Profesi Pemimpin Dan Etiket Paul E.Torgersen dalam bukunya Management, an integrated Approach menyatakan profesi sebagai satu lapangan kegiatan (afield of activity) terdapat lima kriteria, yaitu :
1. Pengetahuan (knowledge).
2. Aplikasi yang kompeten (competent application).
3. Tanggung jawab sosial (social responsibility).
4. Pengontrolan diri.
5. Sanksi masyarakat (community sanction).
Berdasarkan kriteria di atas, profesi kepemimpinan harus dilandaskan pada paham dasar yang mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan luhur, yang dijadikan pedoman bagi setiap pribadi pemimpin. Terutama sekali ialah :
1. Nilai pengabdian pada kepentingan umum.
2. Jaminan keselamatan, kebaikan, dan kesejahteraan bagi bawaan dan rakyat.
3. Menjadi pengikat dan pemersatu dalam segala gerak upaya.
4. Penggerak atau dinamisator dari setiap kegiatan.

Profesi adalah vak, pekerjaan (beroep) yang dilakukan oleh seseorang. Jika kepemimpinan itu harus dijadikan satu profesi dan oleh tugas-tugasnya yang berat pemimpin tersebut mendapatkan imbalan materiil dan imateriil tertentu.
Etika adalah penyelidikan filosofi mengenai kewajiban-kewajiban manusia dan tentang hal-hal yang baik dan buruk jadi penyelidikan tentang bidang moral. Maka etika juga didefinisikan sebagai filsafat tentang bidang moral.
Etika tidak membahas kondisi atau keadaan manusia melainkan tentang bagaimana manusia itu seharusnya bertingkah laku. Karena itu pula etika adalah filsafat mengenai praksis manusia yang harus berbuat menurut aturan dan norma tertentu. Etika profesi pemimpin ialah pembahasan mengenai:
1. Kewajiban-kewajiban pemimpin
2. Tingkah laku pemimpin yang baik dan dapat dibedakan dari
3. Tingkahlaku yang buruk, serta
4. Moral pemimpin

Etika profesi kepemimpinan itu mengandung kriteria sebagai berikut :
1. Pemimpin harus memiliki satu atau beberapa kelebihan dalam pengetahuan, keterampilan sosial, kemahiran teknis, serta pengalaman.
2. Sehingga dia kompeten melakukan kewajiban dan tugas-tugas kepemimpinannya di samping.
3. Mampu bersikap susila dan dewasa. Sehingga dia selalu bertanggung jwab secara etis, susila, mampu memberdakan hal-hal yang baik dari yang buruk dan memiliki tanggung jawab sosial yang tinggi.
4. Memiliki kemampuan mengontrol diri yaitu mengontrol pikiran, emosi, keinginan dan segenap perbuatannya, disesuaikan dengan norma-norma kebaikan. Sehingga memunculkan sikap moral yang baik dan bertanggung jawab
5. Selalu melandaskan diri pada nilai-nilai etis (kesusilaan kebaikan). Sekaligus pemimpin juga harus mampu menciptakan nilai-nilai yang tinggi atau berarti.
Untuk mempertahankan hidupnya, kebutuhan-kebutuhan tertentu dari manusia harus dipenuhi. Kebutuhan hidup secara umum dapat dibagi dalam tiga kategori, yaitu :
a. Kebutuhan dasar biologis, antara lain berupa sandang, pangan, papan atau tempat tinggal, perlindungan atau rasa aman, air, udara, seks dan lain-lain.
b. Kebutuhan tingkat sosio-budaya (human-kultural) antara lain berupa empati, simpati, cintakasih, pengakuan-diri, penghargaan, status sosial, prestise, pendidikan, ilmu pengetahuan, kebutuhan berkumpul dan seterusnya.
c. Kebutuhan tingkat religius (metafisik, absolut), yaitu kebutuhan merasa terjamin hidupnya, aman sentosa, bahagia di dunia dan akhirat, dan kebutuhan untuk bersatu atau manunggal dengan Tuhan Yang Maha Esa. Mengenai kebutuhan manusia tersebut, Abraham Maslow menyusun hierarkinya, yang mendorong manusia untuk melakukan perbuatan-perbuatan tertentu, dan membuat dirinya menjadi aktif dinamis, sebagai berikut :
1. Kebutuhan fisiologis (physiological needs), seperti sandang pangan, papan, udara, air, dan lain-lain.
2. Kebutuhan rasa aman (the savety needs), perlindungan fisik, mendapatkan pekerjaan, jaminan hari tua, dan lain-lain.
3. Kebutuhan sosial, (the social needs) kebutuhan bergaul, diakui masyarakat, berkawan, berkeluarga dan lain-lain.
4. Kebutuhan harga diri (The esteem needs) untuk memuaskan egonya, seperti memiliki mobil bagus, berpakaian indah-indah, punya rumah bagus, memiliki gelar, dan seterusnya.
5. Kebutuhan aktualisasi-diri (the self-actualization needs) untuk memuaskan diri dengan mengembangkan segenap potensi bakat dan kemampuan, bekerja, berkreasi, rekreasi dan lain lain. Jadi ada kebutuhan memberi dan menerima dan kehidupan bersama ini tidak melulu berdasarkan “hukum rimba” belaka (barang siapa kuat, dialah yang menang). Maka setiap masyarakat itu bisa bertahan hanya atas dasar kooperatif antara sesama warga kelompok manusia itu. Tidak mungkin keberadaannya dipertahankan hanya dengan jalan kompetisi dan persaingan belaka. Maka untuk kerja sama atau kegiatan-kegiatan kooperatif itu mutlak diperlukan pemimpin dan kepemimpinan.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Copyright © 2021 by www.lemaribuku.com

To Top