Menciptakan iklim kooperatif dengan semangat “bersedia menerima dan rela memberi”, setiap individu harus mengetahui tempat masing masing, status, tugas dan kewajiban yang harus dikerjakan dan hak-haknya di dalam realisasinya dengan orang lain dan masyarakat sekitar selaku totalitas. Sehubungan dengan itulah maka setiap warga masyarakat harus mampu dan mau berkomunikasi dengan sesama warga, harus saling tolong menolong dan rela berkorban. Pemimpin yang baik itu wajib memehami kebutuhan-kebutuhan manusiawi tadi baik kebutuhan pribadi sendiri maupun kebutuhan orang lain, anak buah yang dipimpin dan atasan, serta kolega-kolega sederajat, sehingga dia bisa bersikap bijaksana dengan demikian dia akan mampu memuaskan semua dan berhasilah kepemimpinannya. Erat kaitannya dengan kebutuhan ialah Motif atau motivasi (latin, motivus) ialah :
1. Gambaran penyebab yang akan menimbulkan tingkah laku, menuju pada satu sasaran tertentu.
2. Landasan dasar, pikiran dasar, dorongan bagi seseorang untuk berbuat.
3. Ide pokok yang sementara berpengaruh besar terhadap tingkah laku manusia, biasanya merupakan satu peristiwa masa lampau, ingatan, gambaran fantasi dan perasaan-perasaan.
Berelson Steiner mendefinisikan motives sebagai “A motive is an inner state that energizes activities or moves (hence motivation) and that directs or channels behavior towords a goal” (satu motif adalah satu keadaan batiniah yang memberikan energi kepada aktivitas-aktivitas atau menggerakkannya karena itu menjadi motivasi, mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku pada satu tujuan. Perjuangan motif merupakan usaha mempertimbangkan dengan hati nurani dan akan kemungkinan- kemungkinan untuk melaksanakan satu pilihan di antara beberapa alternatif atau kemungkinan motif-motif tadi. Penentuan motif pada proses penentuan motif ada penentuan pelaksanaan pilihan, yaitu memilih motif yang paling menguntungkan dan paling kuat, untuk dilaksanakan dengan segera.
Maka motivasi kerja dan motivasi untuk menjadi pemimpin itu bermacam-macam. Ada orang yang didorong oleh motivasi-motivasi yang rendah dan egoistis, misalnya meraih prestise, situasi sosial untuk menonjolkan kelebihan dan keakuannya untuk pamer atau bersifat ekshibisionistis untuk mendapatkan kekayaan dengan cara apa pun juga, untuk memuaskan kesombongan diri (narsistis) dan lain-lain.
Motivasi-motivasi yang jelas tegas, sehingga mendorong dengan kuat berlangsungnya kemauan. Karena itulah pendidikan kemauan sebagian besar berupa pemupukan motivasi-motivasi yang baik, jelas dan kuat. Dengan demikian pemimpin harus mampu meberikan motivasi yang baik kepada anak buanya. Berilah kepada anggota-anggota kelompok atau bawahan satu motivasi atau satu kompleks motif-motif tertentu, maka pasti mereka bersedia melakukan perbuatan-perbuatan besar, atau perbuatan kepahlawanan lainnya. Adapun motivasi yang diberikan oleh pemimpin itu pada umumnya bermaksud untuk :
1. Meningkatkan asosiasi dan integrasi kelompok serta menjamin keterpaduan.
2. Menjamin efektivitas dan efisiensi kerja semua anggota kelompok.
3. Meningkatkan partisipasi aktif dan tanggung jawab sosial semua anggota.
4. Meningkatkan produktivitas semua sektor dan anggota kelompok.
5. Menjamin terlaksanannya realisasi diri dan pengembangan diri pada setiap anggota kelompok.
Dan memberikan kesempatan untuk melakukan ekspresi bebas. Untuk menjalankan strategi dalam kepemimpinan harus memiliki kemampuan mengimplementasikan fungsi-fungsi kepemimpinan agar mendapat dukungan (support), tanpa kehilangan rasa hormat, rasa segan dan kepatuhan dari semua anggota organisasi. Fungsi-fungsi kepemimpinan tersebut dapat dijadikan sebagai suatu strategi kepemimpinan yang harus dijalankan dengan menggunakan sumber-sumber kekuasaan atau wewenang dan tanggung jawab atau hak dan kewajiban yang dimiliki pemimpin secara bertanggung jawab, baik dalam situasi formal maupun informal.
Stephen P. Robbins dalam Nawawi (2003:45), mengatakan bahwa fungsi kepemimpinan meliputi:
a. Directive Leadership leads to greater sastifaction.
b. Supportif Leasership.
c. Directive Leadership to be perceived as redundant.
d. The more clear and the bureaucratic the formal authority relationship.
e. Directive Leadership will lead to higher employee.
f. Subordinates with an internal locus of control.
g. Subordinates with an external locus of control.
h. Achivement-oriented leadership.
Menurut Sondang P. Siagiaan Nawawi (2003:46) bahwa fungsi-fungsi kepemimpinan terdiri dari :
a. Pemimpin sebagai penentu arah.
b. Pemimpin sebagai wakil dan juru bicara organisasi.
c. Pemimpin sebagai komunikator yang efektif.
d. Pemimpin sebagai mediator.
e. Pemimpin sebagai integrator.
Selanjutnya Nawawi (2003:46) membahas juga tentang fungsi kepemimpinan sebagaimana diuraikan di bawah ini :
a. Fungsi Pengambilan Keputusan
b. Fungsi Instruktif
c. Fungsi Konsultatif
d. Fungsi Partisipatif
e. Fungsi Delegatif
Teori dan Teknik Kepemimpinan Beberapa Teknik Kepemimpinan meliputi beberapa kategori, yaitu:
a. Etika Profesi, kewajiban yang dimiliki seorang pemimpin, bagaimana seharusnya tingkah laku seorang pemimpin.
b. Komunikasi, Arus inforamsidan Emosi yang tepat, penyampaian perasaan, pikiran hendak kepada individu.
c. Dinamika Kelompok, terjadinya interaksi atau hubungan timbal balik antar setiap anggota kelompoknya.
d. Pengambilan Keputusan, suatu hal yang sangat penting bagi seorang pemimpin walau sebenarnya cukup sulit.
e. Berdiskusi, melakukan kompromi bertujuan untuk memecahkan masalah untuk mencari jalan keluarnya dengan mengambil kesimpulan.
Sifat Kepemimpinan Menurut Kartono (2004:43) bahwa upaya untuk menilai sukses atau gagalnya pemimpin itu antara lain dilakukan dengan mengamati dan mencatat sifat-sifat dan kualitas atau mutu perilakunya yang dipakai sebagai kriteria untuk menilai kepemimpinannya. Ordway Tead dalam artono (2004:44), mengemukakan bahwa terdapat 10 sifat kepemimpinan yaitu:
a. Energi jasmaniah dan mental (physical and nervous enegry)
b. Kesadaran akan tujuan dan arah (A sense of purpose and direction)
c. Antusiasme (enthusiasm semangat, kegairahan, kegembiraan yang besar)
d. Keramahan dan kecintaan (Friendlines and affection)
e. Integritas (Integrity), keutuhan, kejujuran, ketulusan hati)
f. Penguasaan teknis (Technical mastery)
g. Ketegasan dalam mengambil keputusan (decisiness)
h. Kecerdasan (intellignece)
i. Keterampilan mengajar (teaching skill)
j. Kepercayaan (faith)
Etika Profesi Kepemimpinan Paul E. Torgersen dalam Kartono (2004:96) menyatakan profesi sebagai satu lapangan kegiatan
a field of activity) terdapat lima kriteria, yaitu :
a. Pengetahuan (knowledge)
b. Aplikasi yang kompeten (competent application)
c. Tanggung jawab sosial (social responsibility)
d. Pengontrolan diri
e. Sanksi masyarakat (community sanction)
Berdasarkan kriteria di atas, profesi kepemimpinan harus dilandasakan pada paham dasar yang mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan luhur, yang dijadikan pedoman bagi setiap pribadi pemimpin. Terutama sekali ialah:
a. Nilai pengabdian pada kepentingan umum
b. Jaminan keselamatan kebaikan, dan kesejahteraan bagi bawahan dan rakyat
c. Menjadi pengikut dan pemersatu dalam segala gerak
d. Penggerak atau dinamisator dari setiap kegiatan